Home / Kaltara

Rabu, 10 Mei 2023 - 08:56 WIB

Kisah Dibalik Keberadaan Pasar Pagi, Namanya Tenar Tanpa Sentuhan Pemda  

Nunukan (BERANDATIMUR) – Nasib Pasar Pagi kini menunggu uluran tangan pemilik kios. Pasalnya, kondisinya sudah antah berantah akibat musibah yang dialaminya pada Minggu malam, 7 Mei 2023 sekitar pukul 21.18 Wita.

Pasar yang berada pada lokasinya sempit dengan jalanan di depannya yang menurun boleh dikata tidak refresentatif.

Tetapi, pasar yang dikenal oleh masyarakat Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara dengan sebutan Pasar Pagi ini cukup ramai setiap hari.

Transaksi jual beli bukan hanya berlangsung pada pagi hari (sesuai namanya) tetapi hingga sore hari. Bahkan ada kios buka melayani hingga malam hari.

Luas lokasi pasar yang kini berwarna hitam akibat ludes terbakar diperkirakan hanya 50×50 meter. Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber terpercaya, pedagang di pasar ini menyewa lahan warga.

Kini, tampak berwarna hitam pada bagian tertentu. Barang-barang jualan berhamburan, ada yang tidak sempat terbakar dan ada juga sebagian saja yang terbakar.

Kisah Keberadaan Pasar Pagi, Namanya Tenar Tanpa Sentuhan Pemda
Haji Muje, salah seorang pedagang yang kehilangan kios atau gudang sembako akibat musibah kebakaran yang melanda Pasar Pagi Nunukan pada Minggu malam (7/5)

Sebagian kios dan isinya memang ada yang tak tersisa alias habis dimangsa api. Sebagian lagi, ada kios dan isinya masih utuh cuma kondisinya berhamburan.

Suasana jual beli di pasar ini pun terpaksa berhenti. Pada pagi hari pasca kebakaran malam hari itu, warga yang datang ada berlinang air mata dengan suasana hati yang sedih.

Ada pula yang pasrah dengan kondisi yang terjadi. Warga yang datang dengan mata berkaca-kaca mungkin pemilik kios atau kerabatnya.

Pasalnya, setiap hari Pasar Pagi ini cukup ramai dikunjungi pembeli. Walaupun lokasinya kecil, mungkin letaknya yang berada di pusat keramaian sehingga tetap ramai.

Meskipun di sekitarnya, ada dua pasar yang letaknya tak jauh dari Pasar Pagi yakni Pasar Rakyat Jalan Rimba dan Pasar Inhutani.

Jangan Lewatkan  Polda Kaltara Memberikan Pendidikan Lalu Lintas Kepada Pelajar SMA/SMK 

Memang posisinya, hampir bersebelahan dengan Alun-Alun Kota Kabupaten Nunukan.

Pasar Pagi ini pun namanya cukup tenar di kalangan warga Kabupaten Nunukan. Padahal boleh dikata, Pasar Pagi ini termasuk pasar dadakan karena dibangun dengan biayai swadaya para pedagang sendiri.

Pedagang yang pertama kali membangun kios di Pasar Pagi adalah Haji Muje. Pria ini mengaku, korban kebakaran Pasar Liem Hie Djung, kini lokasinya menjadi pelabuhan speedboat regional.

Kisah Keberadaan Pasar Pagi, Namanya Tenar Tanpa Sentuhan Pemda
Pemilik kios atau warga yang duduk dekat kios yang terbakar di Pasar Pagi pada Senin (8/5)

Alasannya, membangun kios di lokasi kebakaran ini karena tidak kebagian tempat berjualan di Pasar Inhutani kala itu.

Ia mengisahkan, pertama kali membangun kios atau gudang pada 2000 atau 23 tahun silam.

Awalnya, hanya sekadar membangun gudang untuk menampung atau menyimpan barang-barang jualannya sisa kebakaran Pasar Liem Hie Djung kala itu.

Kebetulan, lahan milik kerabatnya masih kosong akhirnya minta izin untuk membangun gudang atau kios, ungkap Haji Muje.

Puang Haji ini biasa dipanggil oleh kerabatnya menceritakan, awalnya bukan bermaksud mendirikan pasar seperti sekarang. Cuma memang, gudang yang dibangunnya kala itu sekalian melayani pembeli.

Ada kerabatnya sesama pedagang korban kebakaran Pasar Liem Hie Djung melihat dia membangun kios di lokasi tersebut, akhirnya satu per satu minta diberikan lokasi juga.

Akhirnya, Haji Muje mengatakan, menghubungi pemilik lahan yang kini berdomisili di Jakarta ini agar diberikan keleluasaanya untuk membangun kios dengan status sewa atau pinjam pakai.

“Pertama kali ada pasar ini hanya saya bangun gudang saja. Tapi lama-lama ada juga teman yang minta supaya dikasi lahan juga makanya ramai dan jadilah pasar,” ujar Haji Muje.

Jadi, status pedagang di Pasar Pagi adalah menyewa lahan dan membangun sendiri kios. Artinya, kios yang ada di Pasar Pagi adalah murni swadaya pedagang tanpa swntuhan sedikitpun dari pemerintah daerah (pemda).

Jangan Lewatkan  Binanun dan Liuk Bulu Diusulkan Jadi Lokasi Permukiman Bagi Korban Banjir di Sembakung Atulai

Haji Muje membeberkan, pedagang menyewa per tahun kepada pemilik lahan melalui dirinya. Ada juga yang menyewa per bulan.

Ia menyebutkan, biaya sewa yang dikumpulkan setiap tahun dari semua pedagang yang berjualan di pasar itu mencapai Rp100 juta.

Pasca kebakaran ini, Haji Muje menyatakan sudah melaporkan kepada pemilik lahan.

Ia pun mengatakan, setelah polisi buka police linenya akan membangun kembali kiosnya di atas lahan sebelum kejadian.

Bahkan pedagang yang ikut terdampak musibah, meminta agar diberikan kembali izin untuk membangun kios-kiosnya.

“Para pedagang minta lagi supaya dikasi izin bangun kiosnya yang terbakar,” ucap Haji Muje.

Pemilik lahan pun, klaim Haji Muje, masih memberikan izin untuk membangun sendiri kios-kios di atas lahan bekas kebakaran ini. (Redaksi)

Share :

Baca Juga

Kaltara

Nunukan Dapatkan Rp3 Triliun Dana APBN 2023, KPK Warning Pemda

Ekonomi-Bisnis

Percepat Pelayanan, PT Pelindo Nunukan Tambah 2 Armada Tronton 

Advetorial

Serap Aspirasi Masyarakat, Polda Kaltara Rutin Gelar “Jumat Curhat”
Busyettt, Sudah 3 Hari Listrik Padam

Kaltara

Busyeetttt! Sudah 3 Hari Beruntun Listrik Padam, Apa Lagi Alasan PLN?

Kaltara

Perekonomian Kaltara Tumbuh 5,23 Persen pada Triwulan I-2023
Pasar Pago Ludes Terbakar, Diduga Api Berawal dari Gudang Telur

Kaltara

Pasar Pagi Ludes, Api Diduga Berawal dari Gudang Telur
Ikan dari Malaysia Banjiri Nunukan, Harga Turun Drastis Selama Ramadhan 1444 H

Ekonomi-Bisnis

Ikan dari Malaysia Banjiri Nunukan, Harga Turun Drastis Selama Ramadan

Kaltara

BPS: Angkatan Kerja Meningkat, Pengangguran Menurun