Nunukan (BERANDATIMUR) – Salah seorang WNI dari 294 orang yang dideportasi ke Kabupaten Nunukan, Kaltara bernama Neli. Wanita ini lahir di Malaysia pemegang IC hijau, harus merasakan sempitnya jeruji besi selama delapan bulan.
Wanita berusia 39 tahun ini, kedua orangtuanya berasal dari Tana Toraja, Sulsel. Sehari-harinya bekerja dengan usaha sendiri di Keningau, Sabah, Malaysia.
Saat tiba di Pelabuhan Tunon Taka Kabupaten Nunukan pada Kamis sore, 24 Agustus 2023 sekitar pukul 18.00 Wita sempat diwawancarai sebelum diangkut ke Rusunawa Jalan Ujang Dewa Kelurahan Nunukan Selatan.
Kepada media ini, Neli yang mengantongi IC Malaysia warna hijau ini menceritakan ihwal mendekam dalam penjara Malaysia pada Januari 2023.
“Saya masuk penjara bukan karena kasus paspor tapi kasus narkoba,” tutur dia.
Kasus narkoba yang menjeratnya, sebenarnya tidak terbukti di pengadilan. Namun, adanya persekongkolan seorang warga negara Malaysia yang membencinya.
Kebencian WN Malaysia ini bermula dari perebutan anak, hasil hubungannya tanpa pernikahan, aku Neli.
Demi ingin menguasai anak tersebut, pacarnya berkewarganegaraan Malaysia ini melaporkannya sebagai pengguna narkotika. Akhirnya, dia pun ditangkap oleh aparat kepolisian negeri jiran itu pada Januari 2023.
Tetapi hasil tes urine yang dilakukan kepada dirinya, tidak terbukti dan hanya positif akibat minuman yang pernah dikonsumsinya.
“Jadi saya dijerat dengan kes narkoba dari hasil tes urine yang positif karena obat-obatan dari minuman yang dikasi,” beber wanita paruh baya ini.
Neli juga menekankan, ditangkap oleh aparat kepolisian negara itu karena dijebak atau persekongkolan pacarnya tersebut.
Dimana, kata dia, pacarnya menginginkan dirinya di penjara bertahun-tahun agar menguasai anaknya.
Bahkan, IC hijau miliknya pun dirampas oleh pria WN Malaysia itu. IC hijau ini bisa dimiliki WNI yang lahir di Malaysia sebagai pengganti paspor dan diperbaharui setiap lima tahun.
“Saya dijebak oleh pacar Warga Negara Malaysia. Bahwa saya ini pengguna narkotika dan bekerja sama dengan seorang pengedar,” ucapnya lirih. (*)