Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan KB Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan, Sabaruddin melalui sambungan telepon, Kamis, 6 April 2023 menduga, penyakit malaria jenis ini muncul dari gigitan nyamuk yang pernah mengigit kera ekor panjang.

“Jadi penderita ini diduga terinfeksi virus protozoa plasmodium knowlesi yakni gigitan dari nyamuk yang pernah menggigit kera ekor panjang,” sebut Sabaruddin.

Pada 2023 penyakit ini ditemukan dalam jumlah yang meningkat sampai 150 persen sejak pertama kali terdeteksi pada 2021. Lokasi penemuan penyakit ini semuanya di Pulau Sebatik, karena diduga penderitanya bekerja di perkebunan perbatasan negara.

Data kasus malaria knowlesi, sebut Sabaruddin, pada 2021 baru satu kasus yang ditemukan di Desa Ajikuning, Kecamatan Sebatik Tengah. Kemudian pada 2022 sebanyak dua kasus di Kecamatan Sebatik dan 2023 ini meningkat tajam menjadi lima kasus masing-masing ditemukan di Kecamatan Sebatik Barat empat kasus dan Desa Ajikuning satu kasus.

“Penemuan lima kasus ini hasil investigasi terhadap lima warga yang suspek diduga terjangkit penyakit malaria knowlesi di Sebatik,” ujar dia.

Namun kepastian, kelima suspek ini terjangkit penyakit malaria knowlesi setelah diterima hasil laboratorium di Jakarta.

Sabaruddin menyatakan, kasus malaria knowlesi ini meningkat tajam pada 2023 hingga triwulan pertama ini dengan lima kasus. (***)

Artikel Dinkes: Kasus Malaria Knowlesi Meningkat di Nunukan, 5 Kasus Baru Ditemukan di Sebatik pertama kali tampil pada Independen.