Nunukan (BERANDATIMUR) – Minyak goreng produksi Indonesia merek Minyak Kita kalah kualitas dengan produk Malaysia menyebabkan kurang diminati konsumen di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Sebagaimana diketahui, Kabupaten Nunukan berada di tapal batas negara Indonesia-Malaysia.
Berbagai informasi yang dihimpun dari sejumlah warga Kabupaten Nunukan menyebutkan, sangat jarang bahkan hampir tidak pernah memakai minyak goreng produksi dalam negeri untuk kebutuhan sehari-hari.
Seorang warga yang minta identitasnya dirahasiakan ini mengaku, tidak pernah membeli minyak goreng merek “Minyak Kita” untuk usahanya. Alasannya, selain sudah terbiasa memakai produk Malaysia, juga disebabkan masalah kualitas dan harganya.
Wanita paruh baya yang menjual gorengan di Jalan Pattimura Kabupaten Nunukan ini mencontohkan selama bulan suci Ramadhan 1446 H ini, hampir tidak ada minyak goreng produk Indonesia yang beredar di pasaran.
Pasalnya, produk dalam negeri ini harganya sama dengan minyak goreng asal Malaysia yakni Rp20. 000 per bungkus kemasan plastik. Namun takarannya yang berbeda.
Minyak goreng produk Malaysia tepat 1.000 mili liter atau 1 kilo gram. Sedangkan minyal goreng merek “Minyak Kita” berukuran 900 mili liter atau hanya 900 gram saja.
“Ukurannya juga berbeda kalau minyak Malaysia pas 1 kilo sedangkan minyak Indonesia hanya 900 gram. Tapi harganya sama Rp20 ribu per bungkus,” sebut wanita ini pada Jumat siang, 7 Maret 2025.
Masalah kualitas jelas jauh beda. Minyak goreng produk Indonesia hanya bisa dipakai dia kali menggoreng sudah hitam. Sementara minyak goreng asal Malaysia bisa dipakai sampai empat kali.
Sehubungan dengan informasi ini, berusaha mengonfirmasi dengan salah seorang pedagang sembako di Pasar Baru Kelurahan Nunukan Utara pada hari yang sama.
Haji Sadar nama pedagang sembako tersebut. Ia mengaku, tidak pernah memesan minyak goreng merek “Minyak Kita” untuk dijual di tokonya.
Menurut dia, sangat jarang peminatnya bahkan dalam sehari hampir tidak ada pembeli yang mencari minyak goreng produk Indonesia tersebut.
Hal yang sama disampaikan H Kamsi, pedagang sembako di Pasar Inhutani Kabupaten Nunukan pada Kamis sore, 6 Maret 2025.
Ia juga mengaku jarang sekali menjual minyak goreng produk Indonesia karena kurang peminatnya. Pedagang yang lebih dikenal dengan nama Pak Haji ini menceritakan keluhan konsumennya bahwa kualitas minyak goreng Indonesia jauh lebih rendah daripada produk Malaysia.
Padahal, kata Pak Haji, bahan bakunya sama-sama dari minyak atau CPO kelapa sawit. (Redaksi)