Nunukan (BERANDATIMUR) – Perusahaan dari negara Sakura Jepang, Kyudenko Corporation pernah melakukan survei lapangan terkait proyek stabilitas jaringan listrik menggunakan hybrid pada 2020. Kini, hadir kembali dengan menemui Bupati Nunukan H Irwan Sabri, membahas pendistribusian bahan baku yang dianggap sangat tinggi.
Pertemuan yang berlangsung di Cafe Sayn pada Senin, 24 Maret 2025 membicarakan perihal update detail study proyek proposal hibrid PLTS dan PLTBm di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik tersebut. Kyudenko Corporation (UNDER NEDO) bergerak pada sektor konstruksi, desain, dan instalasi infrastruktur tenaga listrik.
Mengenai persiapannya yang sudah matang oleh Pemerintah Kabupaten Nunukan, kedatangan perusahaan Kyudenko Corporation ini menginginkan masalah biaya angkut bahan baku biomassa yang cukup tinggi dapat ditekan. Dimana, harapan perusahaan asal Jepang ini perlu relokasi lokasi proyek untuk mengurangi biaya transportasi dengan mempertimbangkan Pulau Sebatik dan Sembakung sebagai alternatif dan opsi potensial.
Hal ini mengacu pada hasil studi, diskusi dan negosiasi sepanjang 2023-2024 dengan ESDM dan pihak- pihak terkait lainnya, termasuk kunjungan lapangan. Bupati Nunukan pun menyikapinya dengan mempertimbangkan keinginan Kyudenko Corporation tersebut.
Menurut H Irwan, jika memilih Pulau Sebatik sebagai lokasi proyek untuk pembangunan pembangkit listrik maka kendalanya di pulau yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini tidak ada pabrik kelapa sawit (PKS) yang aktif. Satu-satunya PKS di Pulau Sebatik hanya milik PT Sempurna Sejahtera tetapi tidak aktif sejak beberapa tahun terakhir.
Kemudian, lanjut dia, Pulau Sebatik dengan Pulau Nunukan hanya satu kabel bawah laut PT PLN yang tidak mencukupi untuk pengiriman listrik antara kedua pulau itu.
Jika memilih Sembakung sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik sesuai harapan Kyudenko Corporation, memang ada dua pabrik kelapa sawit sehingga memenuni syarat untuk keperluan feedstock biomassa pembangkit. Antara Pulau Nunukan dan Sembakung sendiri dihubungkan oleh dua line kabel bawah laut PT PLN, diperkirakan cukup untuk jaringan daya. Hanya saja, lahan yang akan menjadi lokasi pembangunan pembangkit adalah milik PT Pertamina atau PT Palem Segar Lestari (PSL).
“Menjadi tantangan tersendiri untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak pemilik lahan,” ungkap H Irwan. Oleh karena itu, Bupati Nunukan menyimpulkan untuk sementara relokasi lahan proyek yang baru belum dapat dipastikan dengan melihat kondisi yang ada.
Sementara relokasi lahan yang akan digunakan proyek tersebut sangat esensial diperlukan untuk mencapai kelayakan ekonomi proyek sebagai syarat utama penilaian NEDO selaku donatur dari proyek ini. (Redaksi)