Home / Daerah

Selasa, 27 Agustus 2024 - 19:36 WIB

Santri Ponpes As’adiyah Meninggal Dunia Akibat DBD, Diagnosa RS Pratama dan RSUD Berbeda

Sebatik (BERANDATIMUR) – Seorang santri Pondok Pesantren As’adiyah Pulau Sebatik Kecamatan Sebatik Timur, Kabupaten Nunukan meninggal dunia akibat serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Santri ini hanya dirawat selama enam hari akhirnya meregang nyawa, meskipun sehari sebelumnya masih mengikuti lomba 17-an di sekolahnya.

Kepala MTs As’adiyah Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur, Hasniah Kamad membenarkan, seorang santrinya yang masih duduk di Kelas VII atau baru beberapa bulan duduk di bangku ponpes meninggal dunia akibat DBD berdasarkan hasil diagnosa rumah sakit.

“Kalau hasil diagnosa rumah sakit umum (Nunukan) katanya akibat demam berdarah,” ujar Hasniah melalui sambungan telepon pada Selasa, 27 Agustus 2024 sekitar pukul 13.16 Wita. Ia menerangkan, santri asal Kecamatan Sebuku ini baru saja masuk di ponpes itu dan sebelumnya masih sempat mengikuti lomba-lomba 17-an di sekolahnya.

Santri yang meninggal dunia akibat penyakit DBD bernama lengkap Athaa Yassar Mutamakkin Alfarisih ini, pertama kali mengeluh sakit pada Rabu, 21 Agustus 2024 saat berada di sekolahnya. Akhirnya, dibawa ke Puskesmas Sei Nyamuk, untuk mendapatkan perawatan sebagai pertolongan pertama.

Namun Puskesmas Sei Nyamuk tidak memiliki alat kesehatan yang lengkap sehingga dirujuk ke RS Pratama yang terletak di Desa Tanjung Karang Kecamatan Sebatik. Hanya saja, Hasniah tidak menjelaskan secara detail kronologis awal mula dan proses perawatan medis yang didapatkan santri ini hingga meninggal dunia dengan alasan takut pernyataannya tidak sesuai dengan fakta dan hasil diagnosa medis karena mengetahui secara jelas.

Tetapi Pembina Ponpes As’adiyah Sei Nyamuk, Jefri Sakka yang dihubungi via telepon selulernya pada hari yang sama menjelaskan secara rinci penyebab kematian santri yang berjenis kelamin laki-laki ini.

Jangan Lewatkan  HUT Kemerdekaan RI Ke-78, Gubernur Pastikan Infrastruktur Merata

Ia menerangkan, pada Selasa, 20 Agustus 2024, santri yang dipanggil Ata ini masih aktif mengikuti lomba 17-an di sekolahnya. Pada Rabu, 21 Agustus 2024 saat berada di sekolah, satri bersangkutan mengeluh sakit kepala sehingga dibawa ke ruangan khusus untuk mendapatkan pertolongan pertama dengan memberi obat paracetamol.

Hanya saja, lanjut Jefri, sakit kepala yang dialami belum reda juga ditambah suhu badanya semakin tinggi sehinggi dibawa ke Puskesmas Sei Nyamuk bersama lima temannya yang lain dengan keluhan yang sama.

Tetapi, setelah diperiksa di Puskesmas Sei Nyamuk, tim medis memulangkan empat orang santri karena dianggap kondisinya tidak apa-apa dan dua orang lainnya diantar ke RS Pratama Sebatik untuk tes darah.

“”Hari Jumat sebelum shalat Jumat kami antar ke pratama (RS Pratama Sebatik). Jum’at sore baru keluar hasilnya dan diagnosanya diare,” ujar Jefri kepada awak media ini. Kedua santri yang diantar ke RS Pratama Sebatik untuk cek darah karena peralatan medis di Puskesmas Sei Nyamuk tidak memadai untuk pemeriksaan darah.

Setibanya di RS Pratama Sebatik, kedua santri termasuk korban meninggal dunia ini dilakukan diagnosa oleh tim medis. Hasilnya, seorang santri terdeteksi menderita penyakit tipes dan korban meninggal dunia dinyatakan menderita penyakit diare.

Jefri menyatakan, santri yang meninggal dunia sempat dirawat semalam di RS Pratama Sebatik dan Sabtu siang, 24 Agustus 2024 dibawa ke RSUD Nunukan. Hanya saja, lanjut Jefri, tidak mengetahui secara pasti apakah korban dirujuk oleh RS Pratama Sebatik atau atas pemrintaan kedua orangtuanya.

“Sempat dirawat inap satu malam di pratama (RS Pratama Sebatik). Sabtu siang baru dibawa ke Nunukan (RSUD Nunukan) itupun kami tdk tau apa dirujuk atau hanya keinginan orgtuanya saja. Krn blm ada pnyampaian info dari orgtuanya juga kalau kondisinya memburuk waktu Hari Sabtu,” terang Jefri.

Jangan Lewatkan  Tabliq Akbar HUT Kabupaten Nunukan Ke-24, Ini Pesan Bupati Laura

Ia juga menambahkan, Atha sempat dirawat di ruangan khusus di RS Pratama Sebatik karena tim medis khawatir penyakit diare yang diidapnya terjangkit kepada orang lain.

Ketika dirawat di RSUD Nunukan, sebut Jefri maupun Hasniah, mengdiagnosa korban mengalami penyakit DBD yang diduga menjadi penyebab meninggal dunia. “Menurut penyampaian dari orangtuanya hasil diagnosa RSUD Nunukan, Atha menderita penyakit DBD,” beber keduanya.

Ponpes As’adiyah mengetahui santrinya meninggal dunia atas pemberitahuan dari orangtuanya. Walaupun ada juga perwakilan dari Ponpes As’adiyah yang turut ikut serta menjaga selama dirawat di RS Pratama dan RSUD Nunukan.

“Jadi diagnosa dokter di RSUD (Nunukan) itu karena menderita penyakit DBD yang diduga menyebabkan meninggal dunia,” terang Jefri. (Redaksi)

Share :

Baca Juga

Daerah

Punya Alasan Kuat, Pjs Gubernur Kaltara Ubah Makan Siang Gratis Jadi Sarapan Pagi

Advetorial

Mobil Ambulans Untuk RSUD H. Andi Makkarodda Tanete

Daerah

Calon Penumpang Kesal, Keberangkatan KM Lambelu dari Nunukan Diundur Sampai 3 Kali

Daerah

Maraknya Penangkapan Calon TKI, Penyebab Menurunnya Pemudik Nataru 2024 di Nunukan

Daerah

Bupati Nunukan Terima Kunjungan Perusahaan Kelistrikan Dari Jepang

Daerah

Potret Buram Nunukan (6): Perihal Kemelut di RT 26, Bupati Hanya Bilang Begini

Daerah

Potret Buram Nunukan (3): Dibebani Biaya Pelepasan/Ijazah, Orangtua/Wali Murid Sempat Protes

Daerah

Tujuan ke Sabah Mau Besuk Suami yang Sakit, Malah Masuk Penjara