Nunukan (BERANDATIMUR) – Sejumlah bahan kebutuhan pokok terlihat langka di Kabupaten Nunukan, Kaltara sejak memasuki tahun 2025 menyebabkan warga di perbatasan Indonesia-Malaysia ini menjadi resah. Akibat kelangkaannya bahan kebutuhan pokok ini sudah berlangsung sepekan tanpa ada solusi dari pemerintah daerah setempat.
Bahan kebutuhan pokok yang langka tersebut adalah telur ayam, cabai rawit dan tomat. Kelangkaan bahan pokok ini menyebabkan kenaikan harga yang cukup tinggi hingga 150 persen lebih, sebagaimana penuturan sejumlah pedagang di Pasar Inhutani Kabupaten Nunukan.
Pantauan media ini di Pasar Inhutani yang dikenal sebagai pusat perdagangan bahan kebutuhan pokok sehari-hari di Kabupaten Nunukan, pada Senin, 6 Januari 2025, pedagang menyebutkan harga telur ayam mencapai Rp80.000 per rak dibandingkan sebelumnya masih pada kisaran Rp56.000/rak.
Begitu pula dengan harga tomat dari sebelumnya pada kisaran Rp30.000 per kilo gram menjadi Rp40.000 per kilo gram. Lebih parah harga cabaio rawit dari Rp60.000 per kilo gram pada saat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi Rp150.000 per kilo gram.
Seorang pedagang di Pasar Inhutani Kabupaten Nunukan bernama Murni menyebutkan, cuma tigak bahan pokok yang langka sekarang. Bahkan hampir tidak ada yang dijual di pasaran mulai sejak selesai Natal.
Kalaupun ada yang dijual, kata dia, jumlahnya sangat sedikit dan masuk Kabupaten Nunukan menggunakan pesawat terbang. “Ada yang dijual lombok (cabai rawit, tomat) tapi sangat sedikit dan dibawa dari Sulawesi (Selatan) naik pesawat,” ungkap Murni.
“Bayangkan kalau lombok saja dibawa pakai pesawat jadi harganya pasti mahal. Telur (ayam) saja sudah naik menjadi 80 ribu eupiah,” tambah dia kepada awak media ini seraya menambahkan, kelangkaan ketiga bahan pokok ini disebabkan tidak ada kapal yang mengangkut dari Sulawesi Selatan.
Hal yang sama diutarakan Suarni, salah seorang agen bumbu masak di Pasar Inhutani menyebutkan, ada cabai rawit yang dijual tetapi hasil pertanian masyarakat lokal Kabupaten Nunukan dengan harga jual Rp150.000 per kilo gram. Namun, jumlahnya sangat sedikit sehingga tidak mencukupi permintaan pelanggannya.
“Ada lombok kecil saya beli dari petani lokal Nunukan tapi sedikit saja, tidak cukup dibagi-bagi. Saya belikan 130 ribu per kilo dan saya jualkan 150 ribu per kilo,” beber dia. Suarni juga mengaku, kelangkaan ketiga bahan kebutuhan pokok ini disebabkan ketiadaan kapal yang masuk dari Parepare, Sulsel sejak selesai Natal.
Suarni menyatakan, ketiadaan stok dua bahan kebutuhan pokok yakni tomat dan cabai rawit ini, menyebabkan barang dagangannya tampak sepi. “Sepi sekarang jualan pak karena tidak ada barang dari Sulawesi,” ujar dia.
Apa solusi guna mencegah kelangkaan bahan pokok ini berkepanjangan di daerah ini? Belum ada konfirmasi dari pemerintah daerah setempat. (Redaksi)