Depok (BERANDATIMUR) – Seorang guru di Kota Depok curhat terkait dengan adanya muridnya yang sering tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR). Guru ini bernama Salman (34) menuturkan, tidak berdaya terhadap murid yang membandel karena tuntutan “kurikulum merdeka” yang diberlakukan selama ini.
Salman yang mengajarkan bidang studi Agama Islam di salah satu SMO Negeri di Kota Depok menceritakan, dari 40-an anak didiknya, sebagian diantaranya tidak mengumpulkan tugas. Meskipun batas waktu yang diberikan cukup lama sampai sepekan.
Inilah akibat yang harus dijalankan oleh seorang guru akibat dari pemberlakuan “kurikulum merdeka” tersebut yang mengharuskan anak didik bisa naik kelas walaupun nilai yang diperolehnya tergolong buruk.
Penuturan Salman ini dikutip media ini dari kumparannews pada Sabtu, 2 Nopember 2024. Sistim penilaian pun menjadi tidak efektif, karena anak didik tahu seburuk-buruknya nilai yang diperoleh tetap naik kelas.
“Soalnya mereka sudah pasti naik kelas. Sudah pasti lulus. Ya terus buat apa lagi belajar. Sebenarnya mereka tuh sekolah sudah nggak peduli sama pelajaran. Kalau menurut saya mereka kayaknya ngejar ijazah doang” beber Salman pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Salman juga menyoroti sistim zonasi yang diberlakukan sejak 2017. Anak didik malas belajar lagi karena sudah tahu sekolah mana yang akan dimasuki apabila lulus nantinya.
Dulu, kenang Salman, guru masih dapat menghukum murid dengan hukuman setimpal untuk membuat jera seperti squat jump, lari keliling lapangan, atau hukuman fisik lainnya. Namun, semenjak pemberlakuan kurikulum merdeka, guru tidak lagi memiliki kebebasan untuk menghukum murid dengan cara-cara seperti itu.
Walaupun pada dasarnya, Salman tak setuju dengan hukuman fisik. Sekarang, tindakan yang bisa dilakukan seorang guru saat murid berbuat kesalahan hanyalah memberi peringatan. Jika kesalahan sudah besar, guru hanya bisa memanggil orang tua ke sekolah.
“Hilangnya hukuman fisik salah satunya itu ya, jadi enggak ada efek jera, itu sih. Guru jadi nggak punya gigi lagi. Enggak punya taringlah” ungkapnya. Sementara itu, format pendisiplinan siswa pun sudah tak jelas bentuknya disebabkan guru-guru bisa dikomplain oleh orangtua murid apabila menegur terlalu keras. (*)