“Jika aparat diam, Bisa dianggap bersekongkol” – Diduga Persaingan Ekonomi
Manado (BERANDATIMUR) – Belum hilang rasa pilu dari keluarga korban baik meninggal dunia maupun selamat atas tragedi kebakaran kapal angkutan KM Barcelona V di Perairan Talise Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara dua hari lalu. Kini, muncul berbagai spekulasi penyebab kebakaran kapal tersebut.
Kecurigaan itu muncul, setelah dilakukan penyelidikan internal dan fakta kejadian awal mula keberadaan api dalam kapal tersebut. Api bermula berasal dari kamar 30, sebuah ruangan yang dihuni penuh oleh anggota polisi.
Kebakaran di dalam kapal ini menghanguskan dek atas dengan menewaskan lima penumpang dianggap bukan sekadar musibah laut. Sebagaimana caption ungahan akun Lambe Turah Kawanua LTK Group sehari yang lalu. Unggahan ini telah mendapatkan 117 tanggapan dari netizen.
Unggahan ini dikutip media ini pada Rabu, 23 Juli 2025, disebutkan lokasi kebakaran pada kamar yang dihuni anggota polisi ini jarang menjadi titik awal kebakaran teknis. Tidak ada juga laporan kebakaran mesin, tidak ada korsleting listrik-hanya api yang tiba-tiba muncul dan langsung membesar, tulis Lambe Turah Kawanua dalam akun Tik Tok-nya.
Penemuan fakta mencurigakan inilah, sehingga kuat dugaan dianggap aksi sabotase terencana, bagian dari persaingan bisnis kotor dalam industri pelayaran Sulawesi Utara. Asap tebal, api yang melahap bagian atas kapal, dan kepanikan ratusan penumpang yang melompat ke laut, menjadi potret kelam betapa nyawa manusia kini tak lebih dari “harga pasar'” dalam pertarungan jalur pelayaran, beber akun ini.
“Ini bukan kebakaran biasa. Ini pembakaran. Kalau aparat jujur, maka arahkan penyelidikan ke sabotase. Ada yang ingin KM Barcelona V lenyap dari jalur,” ujar Jeffry Sorongan, Penasehat Komunitas Investigasi Cyber Crime Sulut. Motifnya terang-terangan, sebagai persaingan bisnis karena dugaan motif kian menguat setelah sebelumnya PT Surya Pacifik Indonesia (SPI), operator KM Barcelona V, mengajukan protes resmi terhadap beroperasinya KM Cantika 9F yang baru masuk rute Manado-Sofifi-Ambon.
PT SPl menilai kapal baru tersebut bisa merusak keseimbangan pasar dan menyingkirkan kapal lama secara sistematis. Sementara Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Manado sendiri tetap memberi izin. Anehnya, hanya berselang beberapa waktu, KM Barcelona V terbakar di tengah laut.
Mungkinkah ini kebetulan? Atau ada tangan-tangan bisnis hitam yang mulai bermain kasar? “Kalau sabotase ini terbukti, maka ini bukan sekadar pembunuhan-ini bentuk terorisme ekonomi laut. Dan aparat yang diam bisa disebut bersekongkol,” tambah Sorongan.
Kejanggalan yang tidak bisa diabaikan sebab api berasal dari kamar tertutup, bukan dari ruang mesin. Kapal penuh pasien dan penumpang, namun tidak ada langkah antisipasi darurat. Lambatnya evakuasi dan minimnya alat pemadam di kapal.
Konflik kepentingan dalam pemberian izin kapal pesaing sebelumnya. Lambe Turah meminta terkait izin KM Cantika Lestari 9F negara tidak boleh diam KSOP Manado harus diperiksa. Pemberian izin operasi kepada kapal pesaing di tengah keberatan operator lama patut ditelusuri. Kementerian Perhubungan harus membentuk tim investigasi independen, bukan hanya audit teknis, tetapi audit niat jahat di balik tragedi ini.
“Laut Sulut bukan ladang pembantaian bisnis. Kalau negara tak hadir, maka laut kita akan jadi kuburan massal korban keserakahan,” tegas Sorongan.
Korban nyata, luka nyata lima orang meninggal, dua belum teridentifikasi. Ratusan luka-luka, termasuk pasien medis rujukan RS Mala. Mereka bukan hanya korban insiden, mereka bisa jadi korban konspirasi. Ini bukan sekadar tragedi. Ini sinyal-laut kita sedang dikotori oleh perang bisnis berdarah dingin. Jika tidak ada yang bertindak, pembakaran kapal berikutnya hanya tinggal menunggu giliran. Negara, bertindaklah. Atau biarkan laut ini jadi medan perang licik para mafia pelayaran. (*)