Nunukan (BERANDATIMUR) – Sejak memasuki 2025, sejumlah harga bahan pokok sehari-hari mengalami lonjakan secara bertahap, menyebabkan daya beli masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara sedikit mengalami penurunan.
Hampir semua kebutuhan masyarakat di wilayah itu, didatangkan dari Sulawesi Selatan maka fluktuasi harga sulit dihindari utamanya bumbu masak, sayur-sayuran dan beras. Bumbu masak khususnya bawang merah, harganya mengalami lonjakan tajam hingga 200 persen dari sebelumnya.
Informasi yang dihimpun dari sejumlah pedagang di Pasar Inhutani Kabupaten Nunukan, harga bawang merah naik tajam menjadi Rp60.000 per kilo gram dari sebelumnya Rp20.000. Menurut seorang pedagang di pasar itu bernama Ahmad mengemukakan, lonjakan itu berlangsung bertahap sejak dua bulan terakhir.
“Kenaikan harga (bawang merah) berlangsung pelan-pelan sejak dua bulan ini. Sebelumnya kan harga bawang merah hanya Rp20.000 per kilo menjadi Ro35.000. Lalu naik lagi Rp40.000 menjadi Rp55.000 dan sekarang sudah Rp60.000 per kilo,” ungkap Ahmad kepada media ini pada Sabtu pagi, 30 Agustus 2025.
Kenaikan ini, lanjut dia, bukan disebabkan oleh kurangnya pasokan dari daerah produsen atau penghasil tetapi kemungkinan petani belum panen karena masih seringkali turun hujan. Pasokan bumbu masak yang dijual di Kabupaten Nunukan sebagian besar didatangkan dari Kabupaten Enrekang dan Jeneponto, Sulsel.

Lonjakan harga bawang merah ini, mengagetkan warga setempat karena baru terjadi semacam itu. Biasanya. jika harga naik tidak pernah melampui harga Rp35.000 per kilo gram. :Namuns ekarang harganya sampai Rp60.000 per kilo,” beber Dahlia, salah seorang ibu rumah tangga yang ditemui saat membeli bumbu masak di Pasar Inhutani pada hari yang sama.
Tapi ada satu bahan pokok yang banyak dibutuhkan masyarakat di wilayah perbatasan adalah menurunnya harga cabai rawit. Padahal, bumbu masak yang satu ini seringkali mengalami kenaikan cukup tajam hingga Rp120.000 per kilo gram, kini malah turun menjadi Rp50.000 per kilo gram.
“Harga cabai rawit sebelum turun adalah Rp60.000 per kilo gram, sekarang malah harganya turun disaat harga barang lainnya naik,” sebut Ahmad. Perihal penurunan harga cabai rawit ini, dia mengaku tidak tahu menahu, tetapi biasanya disebabkan oleh turunnya harga di daerah pemasok yakni Sulsel.
“Mungkin memang harganya turun dari sana (Sulawesi Selatan),” ujar pria paruh baya ini. Ia mengaku, memasok cabai rawit dari agen sampai 200 kilo gram setiap pekan. (*)